Sabtu, 31 Mei 2008

Ayo, Kita Makan Tempe!

Siapa sih yang tidak kenal tempe, makanan tradisional yang tergolong makanan kampung dan murah, meriah? Suatu predikat yang terkadang bikin sebagian dari kita merasa rendah diri kalau setiap hari terpaksa hanya 'bisa' menyajikan tempe.

Tempe memang makanan asalnya dari kampung, dan murah, meriah itu fakta. Tapi, kampung, murah, meriah kan tidak selalu harus diasosiasikan sebagai makanan miskin gizi, cuma bisa buat bikin perut kita kenyang.

Dari manfaatnya serta gizi yang dikandungnya, tempe justru lebih baik dari banyak makanan mahal. Bahkan, kandungan nutrisi dan vitamin yang dikandungnya lebih baik dari kedelai yang menjadi bahan dasarnya. Tidak percaya?

Sejumlah penelitian menyimpulkan baik kedelai maupun tempe kaya akan zat pelawan penuaan sel, stroke, serangan jantung hingga kanker. Tak heran jika sekarang ini tempe sudah mulai populer di Barat, orangpun dihimbau agar lebih banyak makan tempe.

Wikipedia menyabutkan, melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat Tiongkok, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas. So, mengapa kita disini justru makin meninggalkannya ?

Penelitian terhadap kandungan nutrisi tempe, ternyata tempe dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan asam amino, seperti tryptophan, threonin, isolusin, valin, dan histidin. Tempe juga mengandung vitamin B12 yang dihasilkan dari aktivitas mikroba dalam proses fermentasi.

Mengkonsumsi tempe setiap hari, berarti kita telah memenuhi 62% protein yang dibutuhkan oleh tubuh, 35% riboflavin, 34% magnesium, 108% mangan, dan 46% tembaga. Selain itu, tempe hanya mengandung 3,7 gram lemak jenuh dan kurang dari 329 kilo kalori.

Kandungan nilai gizi tempe jauh lebih baik dibandingkan kedelai biasa. Kandungan asam amino bebasnya lebih tinggi 24 kali lipat. Nilai serat, vitamin B kompleks, efisiensi protein, dan nilai asam lemak bebasnya juga lebih baik. Karena itulah tempe bisa menjadi sumber protein sempurna bagi penderita diabetes. Kandungan tinggi seratnya berfungsi mengendalikan kadar gula darah dan mencegah diare pada anak kecil.

Kadar zat besinya yang tinggi, yaitu 4 mg/100 gram, menyebabkan tempe dapat mengatasi masalah anemia. Proses fermentasi dalam pembuatan tempe akan mengaktifkan enzim fitase sehingga dapat meningkatkan absorpsi besi di dalam darah.

Berikut ini adalah sejumlah keunggulan dari kandungan yang ada di tempe:

• Sumber antioksidan yang mengandung isoflavon aglikon sebagai pencegah kanker.

• Sumber antibiotik, zat antibakteri yang memperkecil peluang infeksi.

• Hipokolesterolemik, menurunkan lipid atau lemak dalam darah.

• Sumber vitamin B.

• Mengandung vitamin B12. Vitamin tersebut umumnya terdapat dalam produk hewani tapi tidak dijumpai pada makanan nabati, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.

• Mengandung delapan macam asam amino esensial dan asam lemak tidak jenuh.

• Mengandung serat tinggi.

• Mudah dicerna oleh semua kelompok umur, dari bayi sampai usia lanjut.

• Pengolahan kedelai menjadi tempe menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yang memicu timbulnya gejala flatulensi. (wid/dari beberapa sumber)

0 komentar: